Jumat, 25 Juli 2014
Senin, 21 Juli 2014
Ahok Ngamuk, Tamunya Kemalingan di Balai Kota
TEMPO.CO, Jakarta
- Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama geram
terhadap ulah petugas pengamanan dalam (pamdal) di Balai Kota. Basuki
menganggap pamdal tak becus menjalankan tugasnya untuk menjaga keamanan.
"Pekerjaan
pamdal enggak jelas, cuma merokok saja," kata Basuki di Taman Monas
Silang Selatan saat memimpin apel siaga pengendalian arus mudik dan arus
balik, Senin, 21 Juli 2014. (Baca: Ahok Tak Gelar Operasi Yustisi Usai Lebaran)Senin, 07 Juli 2014
Djojobojo Menentang Jepang
Jepang datang bukan hanya untuk memenuhi ramalan
Jayabaya tapi juga mengingkarinya. Perlawanan pun muncul dari gerakan
Djojobojo.
RAMALAN Jayabaya telah lama hidup di tengah masyarakat Jawa. Mereka yakin pemerintah kolonial Belanda akan berakhir karena ramalan Jayabaya menyebutkan, “ayam jantan berbulu kekuning-kuningan, yang datang dari sebelah timur laut akan mengusir kerbau bule bermata biru.” Masyarakat Jawa yakin, tulis Slamet Muljana dalam Kesadaran Nasional I, yang dimaksud ayam jantan berbulu kekuning-kuningan yang datang dari timur laut adalah Jepang.
RAMALAN Jayabaya telah lama hidup di tengah masyarakat Jawa. Mereka yakin pemerintah kolonial Belanda akan berakhir karena ramalan Jayabaya menyebutkan, “ayam jantan berbulu kekuning-kuningan, yang datang dari sebelah timur laut akan mengusir kerbau bule bermata biru.” Masyarakat Jawa yakin, tulis Slamet Muljana dalam Kesadaran Nasional I, yang dimaksud ayam jantan berbulu kekuning-kuningan yang datang dari timur laut adalah Jepang.
Anti Fasis Geraf Bergerak
Dengan dukungan dana dari Belanda, Amir Sjarifuddin menyusun organisasi bawah tanah yang menentang fasisme Jepang.
BELANDA menyadari keunggulan Jepang. Kekalahan sudah pasti, namun Belanda tak ingin menyerah. Belanda mencari cara agar tetap bisa melawan Jepang. Charles van der Plass, mantan Gubernur Jawa Timur, kemudian ditugasi untuk membangun sebuah gerakan bawah tanah.
BELANDA menyadari keunggulan Jepang. Kekalahan sudah pasti, namun Belanda tak ingin menyerah. Belanda mencari cara agar tetap bisa melawan Jepang. Charles van der Plass, mantan Gubernur Jawa Timur, kemudian ditugasi untuk membangun sebuah gerakan bawah tanah.
Tjipto Mangoenkoesoemo, Dokter Antifasis
NAMANYA dikenal luas karena diabadikan
menjadi nama rumahsakit di Jakarta: Tjipto Mangoenkoesoemo. Di usia 13
tahun (lahir 1886), dia masuk Sekolah Dokter Pribumi (STOVIA). Setelah
lulus tahun 1905, dia menjadi dokter pemerintah dan berhasil memerangi
penyakit pes di Malang, Jawa Timur. Karena jasanya pemerintah kolonial
Belanda memberinya penghargaan Willem Klas 3, namun dia tolak.
Langganan:
Postingan (Atom)